Sabtu, 24 Oktober 2015

PEMUDA MASA KINI : SIGIT, PERNAH DITAWARI BELA TIM AUSTRALIA


Kerabat Ardi Lawet, mimpinya menjadi atlit sepak bola memang kandas. Namun kini dia menjadi salah satu ujung tombak Indonesia dalam cabang olahraga bumerang. “Bumerang itu sebagai senjata ya dulunya di suku Aborigin. Tapi sebenernya sudah ada beberapa ribu tahun lalu di Mesir. Tapi pada akhirnya dibuat sebagai olahraga sama orang-orang luar negeri sana”, kata pemuda atletis ini ketika menyambangi studio Ardi Lawet FM.

Sigit, pemuda asli Purbalingga kelahiran tahun 1986 ini kini memilih melanglang meninggalkan tanah kelahirannya. Mencari banyak hal terkait bumerang. “Awalnya sih penasaran aja ngeliat film Micky Mouse gitu. Apa bener bumerang bisa balik lagi ? Di Youtube saya lihat, wah ternyata bener bisa balik. Akhirnya saya pesen. Saya main,.. nggak bisa. Waktu (searching info) itu saya sedang ada (kerjaan) di Makassar, pesen bumerangnya dari orang Semarang. Tapi pertama main di Menado. Lama-lama bisa, kemudian menggeluti. Dan (kebetulan) pada 2011 kemudian terbentuk Asosiasi Bumerang Indonesia (ABI)”, terangnya.

Jenis olahraga ekstrim ini memang masih terdengar asing disini. Begitupun nama Sigit Pamungkas. Namun ia justru pernah ditawari membela Australia guna mewakili negeri Kanguru tersebut dalam kompetisi bumerang internasional yang dihelat 2 tahun sekali. Ini bermula dari menjadi Best Beginner pada kompetisi nasional 2011 dan Best Performer pada 2013 dan 2014. “Mungkin hari yang bersejarah ya buat saya karena dapet rekomendasi dari juara dunia, Mr. Roger Perry untuk ikut kejuaran dunia. Mewakili Australia, (jadi) bukan dari (tim) Indonesia. Sayang, visa-nya ditolak. Padahal persiapan sudah matang”, kenangnya

Tak hanya teknik bermain tapi Alumni SD Pius, SMP 1, SMA 1 dan Fisip Unsoed inipun mendesign dan produce bumerang. “Kalau design sih masih belajar ya. Berawal dari saat masih di Bandung. Iseng-iseng bikin, daripada beli terus. Beli mahal lho, dulu saya beli satunya seratus ribu. Pertama bikin ya tidak rapi karena susah dan harus sesuai dengan ilmu aeronimaika”, ujarnya sembari menunjukkan beberapa koleksi bumerang yang dibawanya. Produk hand made itu ia edarkan di seluruh Indonesia bahkan Australia dengan brand GJ-Rangs. “Saya jual juga lewat blog pribadi di http://bumerang666.blogspot.com. Kalau saya jual di Inonesia paling mahal Rp. 100.000,-. Tapi kalau sudah di Australia bisa jadi Rp. 300.000,-“ ungkapnya. Baginya bumerang adalah kombinasi sport, adrenalin & art “Bukan olahraga saja, tapi uniknya dari art. Unik seperti lukisan. Mau bentuk apapun selama ada sudit dan air foil benar pasti bisa kembali”,ujarnya sembari menerangkan sudut-sudut khusus dalam design bumerang.

Ditengah padatnya aktivitas sebagai karyawan swasta, Sigit bersama Asosiasi Bumerang Indonesia kini tengah memperjuangkan agar cabor ini segera diresmikan KONI. “Selama ini kami sudah sering diundnag acaranya KONI, namun untuk menjadi cabor resmi di Indonesia dibawah KONI masih terus kami perjuangkan”, katanya.

Lalu bagaimana perkembangannya di daerah ? “Setahun lalu saya iseng-iseng main di Alun-alun Purwokerto. Ternyata banyak yang berminat hingga kemudian terbentuk Bumerang Sport Purwoketo. Kalau di Purbalingga sendiri belum bisa yah. Memang sudah mencoba main-main di Alun-alun, sepertinya banyak yang penasaran, tapi karena di Alun-alun kita terlalu banyak tiang jadi susah. Karena untuk standar kompetisi minimal di outdoor kita perlu ukuran 30 x 30 meter. Kalau main-main di indoor saja sih cukup 20 meter”, katanya.

Olahraga ini memang baru dikenal luas di Indonesia pada 2011, namun harapannya adalah lewat bumerang ia bisa membawa nama harum Indonesia di kompetisi internasional 2016 di Jerman. “Alhamdulillah dapat rekomendasi lagi, semoga sih dapat sponsor untuk saya berangkat kesana. Karena ini langkah baru bagi Indonesia di tingkat Internasional”, harapnya. Dan keberangkatannya nanti, tentu saja untuk mewakili tim Indonesia yang untuk pertama kali akan ikut serta.

Kegagalan memang tak selamanya pahit, selama kita bisa bangkit “Hampir seperti pengalaman saya yang suka sepakbola, tapi nggak beruntung lolos seleksi tim sepak bola yang saya harapkan. Sampai kemudian saya belajar sesuatu yang baru yaitu Bumerang. Dari tidak bisa sampai bisa ternyata dibutuhkan latihan, kerja keras, pengalaman dan dukungan orang-orang disekitar kita. Jadi, tetap tekun, jangan pantang menyerah”, pungkasnya. Ya, dialah Sigit, atlit Bumerang di Pemuda Masa Kini. Simak lebih lengkapnya di 96,3 FM hari ini pad ajam 07.00, 12.00 dan 21.00 atau bisa juga melalui http://erdioo.com/radio/2320/radio-ardi-lawet-purbalingga.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar