Kamis, 25 Agustus 2016

KELAS MEMASAK KAFIA, PENGEJAWANTAHAN IDEALISME PRIBADI RATNA

Hari itu adalah Minggu. Jika sebagian memutuskan untuk berlibur, maka tidak bagi perempuan 34 tahun ini. Ratna Farida Mansur. Ditemani keluarga kecilnya, Ratna - begitu ia biasa disapa - mulai menyiapkan bahan-bahan membuat kudapan. Ia harus lekas merapikan dapur rumahnya untuk Kelas Memasak Kafia.

Ditulis oleh : Anita Pitha W.R untuk LPPL Ardi Lawet FM


Tepat pukul 10.00 WIB, dihadiri belasan peserta, Ratna memulai kelasnya. Bukan hanya teori, peserta yang didominasi perempuan muda ini, mulai turun dapur. Dengan satu paket bahan yang sama mereka memulai membuat olahan. Siang itu menunya adalah : Pastel, Kroket dan Mentho. Ratna tak sendiri membagikan ilmunya. Ia pun terkadang mengundang kawannya yang ahli memasak dan mau berbagi resep dan pengalaman. "Karena semua disini gratis. Termasuk pematerinya juga gratis", katanya usai kelas berlangsung.

Kelas Memasak Kafia memang menjadi pengejawantahan idealismenya yang ingin bermanfaat bagi sesama. Ide ini muncul setelah ia merasa sebagai pedagang makanan kecil masihlah diberatkan dengan permasalahan klasik menanggung biaya retur. "Saya pun mulai berpikir, bagaimana biar nggak ada makanan retur. Atau biar nggak nitip ke warung atau toko. Karena efeknya, adanya retur akan membuat pedagang rumahan malah jadi nggak berkembang", ujarnya. Ia pun mulai merancang koperasi khusus bagi para pedagang makanan kecil tingkat rumahan. Namun ini masih sebatas impian. Yang terpenting ia ingin pedagang kecil khususnya makanan semakin meningkatkan kemampuannya. Jika harus melalui kelas memasak seperti umumnya, maka bisa menyedot Rp. 300.000,- per 2 atau 3 resep. Ia sadar, bagi pedagang kecil hal itu sangat memberatkan.

Bermula dari Brownies

Dalam kesehariannya, Ratna memproduksi Brownies Kafia. Ia memasarkannya sendiri dengan cara berkeliling dari kantor ke kantor. Resep ini ia tamatkan melalui sebuah kursus memasak beberapa tahun silam. Dan meski hanya berbekal brownies, ia mantap membagikan ilmunya. "Jadi kelas-kelas awal di Oktober 2015 itu ya resepnya brownies terus", kenangnya. Lambat laun kawan-kawan pelaku usaha kuliner mulai ikut bergerilya di kelas ini. Menu pun makin bervariasi.

Kelas Memasak Kafia dibuka tiap dua pekan sekali. Peserta tinggal datang ke dapur rumahnya. "Nggak perlu daftar, datang saja. Kita praktek masak bareng. Resep, bahan dan alat sudah ada. Pemateri ada. Dan kalau masih ada makanan hasil prakteknya silakan bisa dibawa pulang", katanya.

Namun sepertinya niat baik tal selamanya mudah. Label "gratis" tidak serta merta menjadikan peserta berdatangan. Diawal hanya dua tetangganya yang datang. "Pernah juga, sampai tengah hari nggak ada yang datang. Saya tinggal tidur. Nggak disangka ada orang yang ketok-ketok pintu mau ikut kelas", ujarnya.

Kini, ia pun tak mau menyebut kelasnya telah ramai. Peserta tak dapat dipastikan jumlahnya tiap pertemuan. Seperti siang itu. Banyak peserta baru. Salah satunya Gustin. Ia mengaku mendengar keberadaan kelas ini dari sosial media. Bagi Ratna, jumlah peserta bukan target utama. Ia hanya ingin pelaku usaha kuliner dapat memproduksi makanan yang enak, sehat dan berkualitas. "Makanan itu kan jualan kualitas", katanya.

Tak takut usahanya tersaingi dengan membagikan ilmu gratis ? Ratna tertawa. Baginya rejeki sudah ada yang mengatur. "Ilmu itu kalau diberikan secara utuh nantinya akan membuat saya dapat ilmu secara utuh lagi. Nggak takut sih. Selama bermanfaat buat orang, berbagi jadi mudah", tandasnya.

Ingin Kelas Memasak Profesional

Dengan menjaga kualitas produksi dan tentunya management usaha yang baik, Ratna yakin usaha kecil tetap bisa bertahan di era ekonomi global. Ia melihat masih banyak pelaku usaha kecil yang terbiasa mencampurkan anggaran usaha dan rumah tangga. Atau kurang tertatanya management stock. Sehingga pedagang akan keteteran saat menerima order besar. "Makanya saya pengen bikin koperasi khusus untuk ini. Setelah berapa waktu saya kira sudah hampir mlethek. Ternyata belum sama sekali. Masih belum saya temukan orang yang memiliki kontinuitas bergerak kearah sana", ujarnya.

Selain koperasi, ia pun berharap bisa memiliki kelas memasak profesional. "Pengen bisa mendatangkan orang yang expert untuk jenis masakan tertentu. Biar ngga nanggung. Dan tetap gratis bagi peserta", harapnya. Karena Ratna memiliki motto "manisnya berbagi kebersamaan".

Kelas Memasak Kafia : 
Mobile : 081542794404 
Lokasi : Belakang Kantor Telkom Bobotsari

Rabu, 17 Agustus 2016

4 WARGA BINAAN LANGSUNG BEBAS HARI INI


Siang ini, upacara pemberian remisi 17 Agustus 2016, dilaksanakan di Rutan Purbalingga. Dari 194 warga binaan, total 79 orang. Dan 4 diantaranya bebas langsung pada hari ini juga.

Pada pra upacara, para warga binaan mempersembahkan karya teaterikal yang mengisahkan tentang kehidupan di balik jeruji besi yang mereka harap tidak akan pernah diulangnya kembali. (Bagus)

Senin, 15 Agustus 2016

TWEE BAND, berdua tawarkan pop yang nge-rock



Suasana kental reunian begitu terasa dalam promo album Twee Band, Sabtu malam (13/8) kemarin. Band yang terbentuk sejak 2002 lalu ini melangsungkan promo di kota keduanya, Purwokerto.


Dengan lines up Uko Wijaya (vocal & guitar) dan Didi Permadi (back vocal & drum), Twee Band menyapa dengan Indonesia Pusaka sebagai nomor pembuka. Dilanjutkan dengan 8 track dari album mereka ini. Riuh makin terbangun saat "Biar Saja" mengalun ditengah-tengah pengunjung Nice Time Caffee Purwokerto pada malam yang diguyur hujan itu.

"Biar Saja" menjadi single hits album Reunion yang diciptakan oleh Uko saat sedang travelling. "Daripada sumpek pas di jalan, ya mending sambil nyipta notasinya. Dan Dix (Didi) yang bikin musiknya jadi keren", kata vokalis jangkung ini saat radio visit Sabtu sorenya.

Twee Band merupakan band dengan konsep duo. Dengan mengusung janra pop yang nge-rock, mereka telah lebih dulu melaunching album "Reunion" di Surabaya Mei sebelumnya. Pemilihan tajuk ini bukan tanpa alasan. Setelah vakum 14 tahun, mereka mencoba kembali membuat project bersama. Diawali dengan lagu "Biar Saja", Twee Band kembali mengibarkan nama mereka. Dengan menggandeng beberapa additional player ternama termasuk pengisi bass track Rival Himran (Pallo), mereka berharap bisa memberikan warna berbeda di blantika musik Indonesia.
  
Beberapa karya Twee Band pun kini telah dapat dinikmati dalam bentuk Movie Video. Sebutlah diantaranya "Biar Saja" dan "Bila". Setelah di kota kelahiran sang drummer, Twee Band akan melanjutkan promo album Reunion di kota Palu. (nta)

Twee Band
T : TweeBand_IND