Kerabat
Muda, baru saja nih kelar ngobrol-ngobrol kita terkait ROADSHOW FESTIVAL FILM
INDONESIA (FFI) 2014. Dimana seperti yang tadi sudah sempet Kerabat Muda dengar
yach ada Mas Bowo “Bolek” Leksono, Pak Samsudin dari panitia FFI, Mas Firman
Widyasmara sang sutradara film animasi Preeet, sampai aktor Chico Jerikho turut
hadir dan bikin heboh Kerabat Muda yang udah ngantri diluar sana. Heeemmm, iya
deh.. Tapi nih buat yang nggak sempet mampir ke studio atau nggak sempet
dengerin, ada sedikit reviewnya kok. Ini dia.
Sebelumnya
nih Kerabat Muda, Roadshow FFI 2014 #Purbalingga ini merupakan roadshow di kota
terakhir. Acaranya sendiri bakal dihelat Minggu 30 November 2014 di Aula Hotel
Kencana Purbalingga mulai jam 09.00 – 14.00. kalau kata Pak Samsudin sih bakal
spesial banget karena akan menayangkan film-film berkualitas dan juga bisa
belajar banyak dari narasumber besok. Seperti Chico Jerikho, pemeran utama film
Cahaya Dari Timur : Beta Maluku (CDT) serta Firman Widyasmara yang punya karya
film animasi menggelitik “Preeet”.
Sementara
menurut Bolek, dipilihnya film CDT di Roadshow FFI 2014 #Purbalingga ini juga
tidak terlepas dari adanya gonjang-ganjing persepakbolaan di kota ini. Dengan
pilihan film ini diharap bisa menumbuhkan kembali kecintaan masyarakat Purbalingga
terhadap Persibangga. “Filmnya bagus,
menyentuh dan saya harap bisa membuat Persibangga bangkit lagi”, ujarnya
semangat.
Dipilihnya
Purbalingga sebagai penutup Roadshow FFI 2014 ini tidak lepas dari
berkembangnya dunia perfilman di Purbalingga. Bahkan tanpa segan-segan Pak
Samsudin ini menyebut Purbalingga adalah miniaturnya industri perfilman
Indonesia.
Untuk
agenda besok, bakal ada 4 film yang diputar lho. Ada film pendek “Sepatu baru”,
film dokumenter “Akar”, film animasi “Preet” dan film bioskop “Cahaya Dari
Timur : Beta Maluku”. Oh iya, tapi nih Kerabat Muda, sama-sam akita pahami ya,
kalau bicara soal film kelas festival, atau film berkualitas pasti ada anggapan
film itu sulit untuk dinikmati dan kurang menghibur. Bener nggak sih ya ? “Sebenarnya kalau pengen melihat film
Indonesia yang berkualitas kita bisa lihat dulu dari film-film pendeknya. Itu
sudah pasti. Film-flm bioskop juga sebenarnya sama, sudah berkualitas, diluar
film dengan tema hantu blablabla itu ya. Hanya saja sayangnya, utnuk film
pendek ini masih kesulitas dalam mengapresiasikannya”, kata Bolek yang juga
Direktur CLC ini.
Terus,
mana Chico Jerikho-nya ? Haha, pasti udah nunggu ya Kerabat Muda. Sabar deh,..
yang jelas kita infoin dulu nih kalau Chico ini juga masuk sebagai nominee
pemeran pria terbaik di FFI 2014 yang akan diadakan di Palembang, 5 Desember
2014. Gemana rasanya ya ? “Puji Tuhan,
saya benar-benar bersyukur banget. Dapat nominasi saja sudah bersyukur. Ini
Piala Citra lho”, katanya bersemangat.
(thank's Canggih CLC buat foto ini)
Yap,
Chico menjadi nominasi melalui film Cahaya Dari Timur : Beta Maluku (CDT) yang
berkisah akan Sani Tawainella. CDT memang based on true story. Selain berkisah
akan konflik, sentuhan sepakbola memang menjadikan film ini lebih menohok.
Karena dari “negeri" Maluku
inilah, muncul nama-nama seperti Rizky Pellu sampai Hendra Adi Bayou. Siapa
pecinta sepakbola yang tidak tahu mereka. Pasti ngerti lah ya.
Nah,
untuk jadi seorang Sani Tawainella apa
ya yang terpikir di kepala Chico saat itu ? “Untuk
jadi Sani Tawainella ini ceritanya sangat panjang. Karena saya bukan pelatih
sepakbola, bukan orang Maluku, bukan tukang ojek. Dan saya bahkan sampai 2 bulan di Tulehu (lokasi syuting) untuk
berlatih dialek. Karena dialek ini khan tidak bisa dihafalkan ya. Jadi total
semua sampai proses syuting, saya ada 7 bulan disana dan tinggal dirumah Sani.
Bahkan saat proses observasinya saya benar-benar bawa ojek, saya mengunjungi
tempat Sani melatih anak-anak main bola, saya ketemu pelaku & korban yang
merasakan konflik seperti yang digambarkan dalam film itu. Observasinya sangat
dalam. Karena saya harus menghidupkan Sani dalam diri saya. Saking penuhnya
perjuangan menjadi Sani, saya sampai dapat nama Ambon dan menjadi duta wisata
Ambon. Semua ini sih juga berkat treatment dari directornya, Angga Dwimas
Sasongko. Jadi Angga sempat bilang “kalau lu mau total, ya lu harus ngerasain
jadi tukang ojek". Bahkan disana saya hidup tanpa ada uang jajan, kalau
mau ke ATM harus ke kota dengan ojek atau angkot. Dan untuk mencoba survive
disana sayapun beneran ngojek. Untungnya nggak semua orang ngenalin saya saat
itu, karena saya khan harus naikin berat badan 13 kg, dikeriting terus rambut,
kumis, jenggot juga panjang. Hehe, kalau pas ada yang ngenalin ya sudah jalan
saja", kisahnya
Nah,
menurut aktor berdarah campuran Thailand ini, film memang menjadi alat
komunikasi yang ampuh. Apalagi kalau di film tersebut ada tokoh idola. Itu
sudah pasti bisa mengubah perilaku si penonton, khususnya dari nilai postitif
dalam film yang bisa dijadikan motivasi. Dari film CDT ini juga lho Kerabat
Muda. Eh, btw udah pernah nonton belum si ? Yang jelas sih ya, film berdurasi
2,5 jam ini bisa jadi inspirasi juga buat kita masyarakat Purbalingga yang juga
punya klub Persibangga. "Dalam CDT
ini, kita bisa melihat bagaimana semangat saudara-saudara kita di Maluku di
tengah konfliknya terus berjuang melalui sepak bola. Bukan mencari menang atau
kalah namun mencari senang", katanya. Nah, bener banget tuh. Sepakbola
semestinya memang bisa menjadi pemersatu, bisa jadi media perdamaian, media
untuk komunikasi juga
Waaah,
kayaknya Chico emang beneran menghayati perannya jadi Sani ya. Hmm, pantesan
dapet nominasi. Oh iya, tapi sulit nggak sih sebenarnya untuk berakting ini ?
Siapa tahu gitu ada Kerabat Muda yang juga pengen ngikutin jejaknya jadi aktor.
"Kalau emang pengen jadi aktor, kita
harus yakin dan harus selalu muncul ide-ide baru, ide kreatif yang baru. Selalu
upgrade lah gemana caranya supaya bisa ikutin perkembangan. Dan harus percaya
diri. Dapet peran apapun juga harus merasa tertantang. Istilahnya dimana ada
kesulitan, kita harus semakin gelisah, semakin penasaran dan kita harus
menggali lebih dalam lagi. Prinsip saat berperan adalah bukan Chico adalah A
tapi A adalah Chico. Maksudnya, saya harus bisa buang jauh-jauh karakter Chico,
tapi harus menghidupkan karakter sang tokoh dalam diri saya. Dan saya masih
tahap belajar juga kok, "katanya Beeeuuh, keren. Pantes aja yah,
akting ciamiknya bikin Chico pun terus terlibat dalam projeck film-film oke
lainnya.
(kalau di Purbalingga wajib dong cobain mendoan, jaesu plus kraca)
Nah,
kayaknya nggak seru ya, kalau kita cuma ngobrol ama Chico. Mumpung ada mas
Firman Widyasmraa, ya ayo kita kulik seperti apa seru dan susahnya nge-direct
film animasi. "Susah banget,
hahaha.. Kayaknya semua bidang kalau kita jalani dengan senang, segala
kesulitan pasti bisa kita hajar. Kesulitan itu bisa jadi tantangan untuk
membuat kita lebih maju. Tantangan baru adalah level baru untuk sebuah semangat
yang oke”, katanya bijak.
Untuk
karyanya sendiri yang berjudul Preet, emang langsung secara otomatis bikin
siapapun geli pas pertama denger. Kenapa ya mesti Preet ? "Awalnya sih Pffttt, tapi belibet banget pas
ngucapinnya. Soalnya tema film ini khan setiap gerakan diucapkan juga. Misal
gambar lari, maka akan ada suara yang mengatakan "lari-lari-lari" Nah
pas pfftt ini susah banget, karena suara malah jadi nggak keluar. Makanya kita
ganti deh jadi pret”, ungkapnya.
Animasi
PREEET sebenarnya bertema politis ya, tapi dibuat dalam konsep warna hitam
putih Kerabat Muda. Kira-kira kayak apa ya ? Wah, wajib banget nih buat nonton
di roadshownya besok. Film Preet ini sudah pernah mendapat penghargaan Piala
Dewanatara kategori animasi terbaik, plus di Jepang dapat silver award, sedangkan
dari HelloFest dapat special mention dari juri. Sadaaap. Eh, di akhir obrolan
mas Firman juga mau kasih tips kok buat kita yang doyan animasi. “Jangan takut bikin karya apapun apalagi
dengan dalih keterbatasan. Dengan keterbatasan seharusnya kita lebih lancar
dalam mengcreate sesuatu. Karena point kreatif adalah disitu. Daripada kita dimanjakan
dalam fasilitas tapi ide nggak bisa menghasilkan
karya juga buat apa”, pungkasnya.
(ditulis
oleh Anita Pithaloka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar