Minggu, 30 November 2014

ROADSHOW FESTIVAL FILM INDONESIA 2014 - #Purbalingga

Kerabat Ardi Lawet, Roadshow Festival Film Indonesia 2014 baru saja berakhir. Gelaran yang dilangsungkan di kota penutup, Purbalingga ini dipadati pengunjung sejak pagi. 4 film yang dihadirkan mampu memancing respon dari penikmatnya. Sebut saja film dokumnter Akar, film pendek Sepatu baru, film animasi Pret & film bioskop Cahaya Dari Timur : Beta Maluku.
Dua narasumber yang dihadirkan yaitu Firman Widyasmara selaku sutradara Pret & aktor film Cahaya Dari Timur, Chico Jerikho diberondong pertanyaan dari pengunjung. Ya, keduanya memang terlibat dalam film yang sama-sama bertema kontroversi. Pret, adalah sebuah film animasi bertema politis dalam balutan gambar hitam putih yang menggelitik. Sementara Cahaya Dari Timur yang dingakat dari sbeuha kisah nyata juga menawarkan konflik perbedaan agama dan suku yang terjadi di bumi Maluku. Namun seperti yang diungkapkan Firman Widyasmara, bahwa seprovokatif apapun suatu visual, tetaplah bergantung pada penontonnya.

Sabtu, 29 November 2014

Serunya Ngobrol sama Chico Jerikho & Firman Widyasmara di Sapa Menyapa


Kerabat Muda, baru saja nih kelar ngobrol-ngobrol kita terkait ROADSHOW FESTIVAL FILM INDONESIA (FFI) 2014. Dimana seperti yang tadi sudah sempet Kerabat Muda dengar yach ada Mas Bowo “Bolek” Leksono, Pak Samsudin dari panitia FFI, Mas Firman Widyasmara sang sutradara film animasi Preeet, sampai aktor Chico Jerikho turut hadir dan bikin heboh Kerabat Muda yang udah ngantri diluar sana. Heeemmm, iya deh.. Tapi nih buat yang nggak sempet mampir ke studio atau nggak sempet dengerin, ada sedikit reviewnya kok. Ini dia.

Sebelumnya nih Kerabat Muda, Roadshow FFI 2014 #Purbalingga ini merupakan roadshow di kota terakhir. Acaranya sendiri bakal dihelat Minggu 30 November 2014 di Aula Hotel Kencana Purbalingga mulai jam 09.00 – 14.00. kalau kata Pak Samsudin sih bakal spesial banget karena akan menayangkan film-film berkualitas dan juga bisa belajar banyak dari narasumber besok. Seperti Chico Jerikho, pemeran utama film Cahaya Dari Timur : Beta Maluku (CDT) serta Firman Widyasmara yang punya karya film animasi menggelitik “Preeet”.


Sementara menurut Bolek, dipilihnya film CDT di Roadshow FFI 2014 #Purbalingga ini juga tidak terlepas dari adanya gonjang-ganjing persepakbolaan di kota ini. Dengan pilihan film ini diharap bisa menumbuhkan kembali kecintaan masyarakat Purbalingga terhadap Persibangga. “Filmnya bagus, menyentuh dan saya harap bisa membuat Persibangga bangkit lagi”, ujarnya semangat.

Dipilihnya Purbalingga sebagai penutup Roadshow FFI 2014 ini tidak lepas dari berkembangnya dunia perfilman di Purbalingga. Bahkan tanpa segan-segan Pak Samsudin ini menyebut Purbalingga adalah miniaturnya industri perfilman Indonesia.

Untuk agenda besok, bakal ada 4 film yang diputar lho. Ada film pendek “Sepatu baru”, film dokumenter “Akar”, film animasi “Preet” dan film bioskop “Cahaya Dari Timur : Beta Maluku”. Oh iya, tapi nih Kerabat Muda, sama-sam akita pahami ya, kalau bicara soal film kelas festival, atau film berkualitas pasti ada anggapan film itu sulit untuk dinikmati dan kurang menghibur. Bener nggak sih ya ? “Sebenarnya kalau pengen melihat film Indonesia yang berkualitas kita bisa lihat dulu dari film-film pendeknya. Itu sudah pasti. Film-flm bioskop juga sebenarnya sama, sudah berkualitas, diluar film dengan tema hantu blablabla itu ya. Hanya saja sayangnya, utnuk film pendek ini masih kesulitas dalam mengapresiasikannya”, kata Bolek yang juga Direktur CLC ini.

Terus, mana Chico Jerikho-nya ? Haha, pasti udah nunggu ya Kerabat Muda. Sabar deh,.. yang jelas kita infoin dulu nih kalau Chico ini juga masuk sebagai nominee pemeran pria terbaik di FFI 2014 yang akan diadakan di Palembang, 5 Desember 2014. Gemana rasanya ya ? “Puji Tuhan, saya benar-benar bersyukur banget. Dapat nominasi saja sudah bersyukur. Ini Piala Citra lho”, katanya bersemangat.

 (thank's Canggih CLC buat foto ini)

Yap, Chico menjadi nominasi melalui film Cahaya Dari Timur : Beta Maluku (CDT) yang berkisah akan Sani Tawainella. CDT memang based on true story. Selain berkisah akan konflik, sentuhan sepakbola memang menjadikan film ini lebih menohok. Karena dari “negeri" Maluku inilah, muncul nama-nama seperti Rizky Pellu sampai Hendra Adi Bayou. Siapa pecinta sepakbola yang tidak tahu mereka. Pasti ngerti lah ya.

Nah, untuk jadi seorang Sani Tawainella  apa ya yang terpikir di kepala Chico saat itu ? “Untuk jadi Sani Tawainella ini ceritanya sangat panjang. Karena saya bukan pelatih sepakbola, bukan orang Maluku, bukan tukang ojek. Dan saya bahkan sampai  2 bulan di Tulehu (lokasi syuting) untuk berlatih dialek. Karena dialek ini khan tidak bisa dihafalkan ya. Jadi total semua sampai proses syuting, saya ada 7 bulan disana dan tinggal dirumah Sani. Bahkan saat proses observasinya saya benar-benar bawa ojek, saya mengunjungi tempat Sani melatih anak-anak main bola, saya ketemu pelaku & korban yang merasakan konflik seperti yang digambarkan dalam film itu. Observasinya sangat dalam. Karena saya harus menghidupkan Sani dalam diri saya. Saking penuhnya perjuangan menjadi Sani, saya sampai dapat nama Ambon dan menjadi duta wisata Ambon. Semua ini sih juga berkat treatment dari directornya, Angga Dwimas Sasongko. Jadi Angga sempat bilang “kalau lu mau total, ya lu harus ngerasain jadi tukang ojek". Bahkan disana saya hidup tanpa ada uang jajan, kalau mau ke ATM harus ke kota dengan ojek atau angkot. Dan untuk mencoba survive disana sayapun beneran ngojek. Untungnya nggak semua orang ngenalin saya saat itu, karena saya khan harus naikin berat badan 13 kg, dikeriting terus rambut, kumis, jenggot juga panjang. Hehe, kalau pas ada yang ngenalin ya sudah jalan saja", kisahnya


Nah, menurut aktor berdarah campuran Thailand ini, film memang menjadi alat komunikasi yang ampuh. Apalagi kalau di film tersebut ada tokoh idola. Itu sudah pasti bisa mengubah perilaku si penonton, khususnya dari nilai postitif dalam film yang bisa dijadikan motivasi. Dari film CDT ini juga lho Kerabat Muda. Eh, btw udah pernah nonton belum si ? Yang jelas sih ya, film berdurasi 2,5 jam ini bisa jadi inspirasi juga buat kita masyarakat Purbalingga yang juga punya klub Persibangga. "Dalam CDT ini, kita bisa melihat bagaimana semangat saudara-saudara kita di Maluku di tengah konfliknya terus berjuang melalui sepak bola. Bukan mencari menang atau kalah namun mencari senang", katanya. Nah, bener banget tuh. Sepakbola semestinya memang bisa menjadi pemersatu, bisa jadi media perdamaian, media untuk komunikasi juga

Waaah, kayaknya Chico emang beneran menghayati perannya jadi Sani ya. Hmm, pantesan dapet nominasi. Oh iya, tapi sulit nggak sih sebenarnya untuk berakting ini ? Siapa tahu gitu ada Kerabat Muda yang juga pengen ngikutin jejaknya jadi aktor. "Kalau emang pengen jadi aktor, kita harus yakin dan harus selalu muncul ide-ide baru, ide kreatif yang baru. Selalu upgrade lah gemana caranya supaya bisa ikutin perkembangan. Dan harus percaya diri. Dapet peran apapun juga harus merasa tertantang. Istilahnya dimana ada kesulitan, kita harus semakin gelisah, semakin penasaran dan kita harus menggali lebih dalam lagi. Prinsip saat berperan adalah bukan Chico adalah A tapi A adalah Chico. Maksudnya, saya harus bisa buang jauh-jauh karakter Chico, tapi harus menghidupkan karakter sang tokoh dalam diri saya. Dan saya masih tahap belajar juga kok, "katanya Beeeuuh, keren. Pantes aja yah, akting ciamiknya bikin Chico pun terus terlibat dalam projeck film-film oke lainnya.

 (kalau di Purbalingga wajib dong cobain mendoan, jaesu plus kraca)

Nah, kayaknya nggak seru ya, kalau kita cuma ngobrol ama Chico. Mumpung ada mas Firman Widyasmraa, ya ayo kita kulik seperti apa seru dan susahnya nge-direct film animasi. "Susah banget, hahaha.. Kayaknya semua bidang kalau kita jalani dengan senang, segala kesulitan pasti bisa kita hajar. Kesulitan itu bisa jadi tantangan untuk membuat kita lebih maju. Tantangan baru adalah level baru untuk sebuah semangat yang oke”, katanya bijak. 

Untuk karyanya sendiri yang berjudul Preet, emang langsung secara otomatis bikin siapapun geli pas pertama denger. Kenapa ya mesti Preet ? "Awalnya sih Pffttt, tapi belibet banget pas ngucapinnya. Soalnya tema film ini khan setiap gerakan diucapkan juga. Misal gambar lari, maka akan ada suara yang mengatakan "lari-lari-lari" Nah pas pfftt ini susah banget, karena suara malah jadi nggak keluar. Makanya kita ganti deh jadi pret”, ungkapnya.


Animasi PREEET sebenarnya bertema politis ya, tapi dibuat dalam konsep warna hitam putih Kerabat Muda. Kira-kira kayak apa ya ? Wah, wajib banget nih buat nonton di roadshownya besok. Film Preet ini sudah pernah mendapat penghargaan Piala Dewanatara kategori animasi terbaik, plus di Jepang dapat silver award, sedangkan dari HelloFest dapat special mention dari juri. Sadaaap. Eh, di akhir obrolan mas Firman juga mau kasih tips kok buat kita yang doyan animasi. “Jangan takut bikin karya apapun apalagi dengan dalih keterbatasan. Dengan keterbatasan seharusnya kita lebih lancar dalam mengcreate sesuatu. Karena point kreatif adalah disitu. Daripada kita dimanjakan dalam fasilitas tapi ide nggak bisa  menghasilkan karya  juga buat apa”, pungkasnya.

(ditulis oleh Anita Pithaloka)

Senin, 17 November 2014

Banyak Pelanggan yang Turun Daya. Maksudnya ???

Kerabat Ardi lawet, baru aja nih kelar bincang-bincang bersama Supervisor PLN Purbalingga, Domi dan Manager PLN Purbalingga, Prasetyo. Sempet dengerin khan ? Atau justru ketinggalan banyak info penting ? Wah, sayang banget.. Tapi, ada sedikit reviewnya nih. Simak yuk.

PLN siang ini lebih banyak menekankan soal "Pelanggan yang Menunggak" dan "Turun daya". Apa ya maksudnya ?

Jadi gini nih Kerabat, turun daya itu termasuk salah satu layanan fasilitas yang diberikan oleh PLN. Jadi selain tambah daya, migrasi dari pasca bayar ke pra bayar ada juga turun daya. Kenapa ini jadi bahasan seru ? Soalnya belakangan ini banyak banget yang mengajukan turun daya. ( Mmmm, mungkin karena agak repot terkait tagihannya yah, hehehe. Kali aja si,..) Nah, soal turun daya ini, pelanggan harus datang ke kantor PLN Purbalingga atau ke rayon terdekat (sesuai lokasinya). Emang sih ada call center 123, tapi lebih tepat lagi kalau dateng langsung ke kantor PLN. "Langsung dilayani nggak ya ?", pasti gitu deh mikirnya dalam hati. Hehe, nah permintaan turun day aKerabat nantinya akan disurvey terlebih dahulu. Karena banyak kasus turun day atapi nggak layak. Misalnya penggunaan elektronik di rumah tuh seabreg, tapi minta turun daya jadi 900, otomatis nantinya malah jadi sering anjlok. Nah, kalau kejadiannya begitu, otomatis turun daya nggak dipenuhi.

Terus untuk pelanggan yang menunggak bayar gemana nih ? Sebenarnya sih PLN sudah kasih info tuh aklau tanggal bayar rekening listrik adalah dari tanggal 1 - 20 setiap bulannya. Kalau lewat dari tanggal 20 bakal kena BK (biaya keterlambatan). Dan kalau sudah sampai rekening ketiga belum dilunasi juga, maka otomatis akan dibongkar dan nama kita sudah tidak lagi termasuk dalam data pelanggan.

Nah, biar semuanya lebih gamblang hubungi saja PLN Purbalingga 891020 atau call center 123.

(ditulis oleh Anita Pithaloka)