Kerabat
Muda, R-A-D-I-O. Selain lagu dan penyiar, satu hal lagi yang identik dengan media ini adalah pendengarnya.
Merekalah yang membuat radio terus semarak walau tergerus jaman. Dan bicara
soal pendengar radio ini, ada satu hal yang unik. Yaitu,.... sebuah komunitas
yang mewadahi para onliner di berbagai radio se-banyumas Raya. mereka menamakan
diri mereka dengan Wapera. Warga Pendengar Radio.
Kerabat Muda,
pastilah kalian sudah tidak asing dengan nama Wapera. Dalam beberapa program
request, banyolan mereka saat online dengan penyiar kerap mewarnai dan membuat
yang mendengar merasakan tak sanggup ikut melepas senyum. Wapera dan aktivitas
online ibarat sepasang tangan. Dimana ada sesi online dibuka, maka ada wapera
disana. Lalu bagaimana awalnya komunitas ini terbentuk ? Nah, berikut penuturan
Pak Taka dan Arman Borokokok, selaku pengurus Wapera, yang berhasil ditemui
team Komunitas Dot Com beberapa waktu lalu.
Wapera
terbentuk sejak 9 Oktober 2007. Awalnya mereka bernama Banker's. Paguyuban
Kerabat Ardi Lawet. Kelompok pendengar ini digagas oleh Tulus Pangudi, selaku
penanggung jawab Ardi Lawet saat itu yang terbentuk Maret 2006. Namun baru
berjalan beberapa bulan, aktivitas para anggotanya membuat banker's hanya aktif
di udara. Kegiatan kopdar pun mulai sering ditinggalkan. Masa dormansi ini
berlangsung cukup lama. Sampai akhirnya Arman yang dikenal dengan nama onliner
Borokokok mencoba memecah kebuntuan dengan membentuk komunitas yang baru pada
Oktober 2007
“Setelah
lama nggak ngumpul fans-fans banyak yang pengen gabung lagi. Dan karena nggak
ngerti harus bagaiaman memulainya, saya nemuin Pak Taka yang saat itu menjabat
sebagai wakil ketua Banker’s, ceritane nglelesi lah, agar beliau mau ikut lagi
mengumpulkan fnas biar silaturahminya nggak putus”, curhat Arman
Kenekatannya
ini membuahkan hasil. Dibantu Pak Taka selaku pengurus lama, mereka membangun
kembali sebuah komunitas pendengar yang lebih luas lingkupnya. Dan diberinama
Wapera. Warga Pendengar Radio. Sebuah komunitas yang mewadahi para pecinta
online program khusus dangdut dan campursari di berbagai radio se-Banyumas
Raya. “Alhamdulillah, saat itu yang gabung banyak. Bahkan tidak hanya
pendengar Ardi Lawet saja, tapi sudah sampai radio lain juga”, ungkapnya.
Dengan
banyaknya fans berbagai radio yang bergabung, mereke sempat menambahkan nama
Wapera menjadi Waperamas. Warga pendengar radio se-banyumas. Namun setelah
dikaji ulang, diputuskan mereka untuk kembali menggunakan nama Wapera agar
lebih universal. “Apalagi markas kami
khan di Purbalingga, jadi kami memilih nama Wapera saja tanpa embel-embel –mas dibelakangnya”,
ujar Pak Taka.
Keputusan
ini dirasa cukup tepat. Mengingat kini anggotanya pun semakin melebar sampai ke
wilayah Wonosobo. Dengan total anggota mencapai angka lebih dari 200 orang.
Nah,
aktivitas merekapun kini tak hanya sekedar bertemu diudara. Wapera sudah
memiliki agenda rutin. Sebut saja aktivitas sosial setiap ramadhan, baksos,
touring dan yang pasti juga silaturahmi antar anggotanya. Dan mengingat
anggotanya yang lintas kabupaten, tak heran jika pertemuan rutin yang digelar
setiap 2 bulan sekali ini bisa saja berpindah-pindah kota. Hmmm, agenda mereka
bisa dibilang sudah rapi ya? Lalu apa sih sebenarnya tujuan mereka membentuk
Wapera ini ?
Ya,
komunitas ini sudah tak lagi sekedar hiburan. Namun lebih menguatkan
silaturahmi antar personelnya. Dimana personelnya ini merupakan gabungan dari
par afans radio yang ada di wialyah Banyumas Raya. Setiap fans radio, akan
memiliki koordinator masing-masing yang terus menjembatani keluh kesah para
pendengar terhadap radionya. Koordinator ini dalam istilah Wapera disebut
sebagai Koplak. Koplak ini diambil dari bahasa Jawa yang beranrti pangkalan
atau terminal. Dan melalui koplak ini bermacam permasalahan yang biasanya
menimpa para pendengar akan disampaikan kepada kepengurusan Wapera untuk
dicarikan solusinya.
Yes, kita
semua sepekat, radio tanpa pendengar ibarat kehilangan separuh jiwanya. Jika dalam
dunia perdagangan dikenal istilah pembeli adalah raja, maka di dunia
broadcasting ini, pendengarnya adlaah raja. Tak heran jika kemudian ketenaran
para pendengar inipun seperti halnya si penyiar. NAh, kembali ke Wapera,
komunitas yang diresmikan pada 9 Oktober 2007 ini kini terus melebarkan sayap
dengan anggota yang sudah mencapai 200-an orang. Jika menghitung keseluruhan
jumlah pendengar radio se-Banyumas, tentulah angka ini masih belum seberapanya.
Mengapa bisa demikian ? Apakah ada pembatasan
usia dalam komunitas ini ? “Nggak
sih, cuma mungkin karena onliner dewasa dan onliner muda jarang bisa ketemu di
satu acara radio yang on air ya. Jadi sepertinya kami memang tidak kenal satu
sama lain”, kata Arman
Wapera
memang tidak pernah membatasi usia pendengarnya. Namun, aktivitas sebagai
pendengar aktif pada program-program request dangdut dan campursari memang
menjadi kendala untuk bisa mengumpulkan keseluruhan pendengar dalam satu wadah.
Ya, benar sekali, onliner remaja memang lebih memilih ada di program lagu pop,
onliner kritis akan memilih program talkshow atau news, sedangkan pendengar
pasif biasanya tidak mau terikat dalam sebuah komunitas. Hal ini merupakan
kendala terbesar bagi Wapera untuk bisa menyatukan pendengar dari berbagai
kalangan. Namun mereka menyadari jika keterbatasan itu tidak untuk ditembus.
Hal ini mengingat sampai sekarang belum ada program yang bisa menyatukan usia
mereka dan usia remaja dalam satu program yang mereka inginkan.
Nah,
kendala lainnya adalah ketika mereka harus kehilangan icon penyiar favoritnya.
Penyiar ternyata punya pengaruh besar dalam rotasi komunitas pendengar. Penyiar
yang pintar mengambil hati pendengarnya akan selalu diincar wapera. Ya, wapera
memang akan secara otomatis scanning frekuensi radio pada pada jam-jam yang
merek anggap sesuai. Jadi tak mengherankan jika mereka akan "ada" di
program radio yang sama pada satu waktu.
Lalu
bagaimanakah caranya untuk bergabung ? Ternyata mudah. Yang terpenting adalah
sama-sama pendengar radio. Namun
merekapun tidak menutup kemungkin seseorang diluar dunia radio untuk bergabung.
Karena mereka juga rutin menggelar aksi sosial. Uniknya, meski sudah berusia tujuh
tahun (perayaan ulang tahunnya akan digelar 19 Oktober 2014 besok lho) , Wapera
tidak pernah menerapkan iuran wajib bagi anggotanya. Seluruh kegiatan sosial
bersifat accidental dalam pengumpulan dana. Hal ini dikarenakan, mereka
menaydari jika penedengar radio bersifat dinamis. yang keaktifannya tidak dapat
dipastikan.
Jika
sebelumnya Wapera memutuskan untuk tidak membuat satupun akun sosial media
terkait komunitas sini. Namun perkembangan teknologi memang tak bisa dihindari.
Kini mereka pun memanfaatkan facebook sebagai salah satu sarana promosi dan
inforasi kegiatan mereka. Terpenting tujuan agar niatan awal meramaikan sebuah
program siar radio tidak tergantikan.
Mau gabung
juga ? Boleh banget. Dapatkan info lebih lengkapnya di Sekre Wapera : Dusun 3 Gembong
RT 12, RW 6 Bojongsari Purbalingga. Sedangkan untuk aktivitas “kongkow”, mereka
memilih kediaman Pak Taka (Bakmi Sunar) yang berada di Kompleks Alun-alun
Purbalingga.
(ditulis oleh Anita Pithaloka)
(ditulis oleh Anita Pithaloka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar